Tikitaka yang Ciamik untuk menjadikan Kampus Islam Rasa Mafia: Aktivis HMI Desak KPK Usut Bobroknya UIN RIL

Lensapenfidikan.com Bandar Lampung – Rabu (09/07/25) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung kembali jadi sorotan. Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Alfarizi, mengecam keras bobroknya tata kelola birokrasi kampus yang dinilai tidak hanya mencoreng nama baik institusi, tetapi juga mengkhianati nilai-nilai keislaman yang seharusnya menjadi ruh utama UIN.
Menurut Alfarizi, birokrasi UIN RIL hari ini sarat dengan praktik penyimpangan, mulai dari dugaan korupsi pembangunan, pungutan liar UKT, hingga penyalahgunaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai alat politik. Ia menyebut adanya pola “tikitaka” antar pejabat kampus, di mana rektorat dan birokrasi saling menutup-nutupi kesalahan satu sama lain.
“Harmonisasi birokrasi yang terlihat hari ini bukan bentuk kekompakan untuk memajukan kampus, tapi justru jadi tameng untuk menutupi bobrok yang makin merajalela. Ini berbahaya,” tegas Alfarizi.
Beberapa persoalan serius yang diungkap antara lain:
– Dugaan korupsi pembangunan gerbang kampus
– Permainan UKT bodong dan pungutan liar
– Ketidaksesuaian jadwal pembayaran UKT tanpa penjelasan resmi
– Tidak transparannya anggaran KKN mahasiswa yang tak mendapatkan fasilitas jaket dan transportasi
– KKN yang dijadikan alat kepentingan politik internal kampus
“Ini bukan hanya merusak citra universitas, tapi lebih dari itu: mencoreng nilai-nilai Islam. UIN bukan tempat bersembunyi bagi oknum mencari keuntungan pribadi,” ujarnya.
Atas kondisi ini, Alfarizi mendesak Kementerian Agama RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk segera turun ke UIN RIL dan memeriksa seluruh jajaran rektorat serta birokrasi kampus. Ia menilai sudah saatnya dilakukan audit total dan penindakan tegas, baik secara moral maupun hukum.
“Saya sudah mengantongi sejumlah bukti valid terkait berbagai pelanggaran ini. Dan saya siap menyerahkannya langsung ke Kemenag RI dan KPK. Jangan biarkan UIN RIL jadi ladang korupsi yang dibungkus label Islam,” tegas Alfarizi”
Ia menambahkan, pengumpulan data dan dokumentasi akan terus dilakukan, agar aparat penegak hukum tidak hanya berhenti pada peringatan, tetapi bertindak nyata.
“Permasalahan ini harus menjadi pintu masuk untuk bersih-bersih di tubuh kampus. Sudah cukup citra UIN RIL dirusak oleh segelintir elit birokrasi yang bermain kotor,” pungkasnya. ( Alfarazi / LE)